Wanita Pencabut Nyawa
Kesialan Seorang Wanita Dalam Mengarungi Rumah
Tangga Versi Trisi
Judul cerpen :
Kembang Sang Janda
(Diambil dari kumpulan cerpen Celoteh Perempuan)
Halaman : 25 - 34
Penulis : Trisi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2012
Tebal : 188 halaman
Trisi adalah penulis cerpen yang
berjudul Kembang Sang Janda dan juga fotografer ini berhasil mengungkap sebuah kehidupan
rumah tangga seorang wanita yang selalu mendapat musibah. Melalui cerpennya
yang dimuat dalam kumpulan cerpen yang berjudul Celoteh Perempuan ini,
Trisi mengisahkan bagaimana kehidupan sang tokoh yang bernama Kembang yang
selalu kehilangan orang-orang yang dicintainya. Entah kenapa? Itulah
pertanyaan-pertanyaan ketika kita membaca cerpennya itu.
Cerita Janda Sang Kembang ini
bermula saat Mbok Gendut, salah seorang tokoh dalam cerita yang selalu
mendampingi si Kembang sejak kecil,
mengetuk-ngetuk pintu kamar Kembang. Dia mengabarkan bahwa si Tito, yang
merupakan suami Kembang pingsan di kantor dan dibawa ke rumah sakit. Oleh pihak
rumah sakit, dinyatakan bahwa Tito terkena serangan Jantung dan akhirnya
meninggal dunia.
Sebenarnya kematian Tito bukanlah
sebuah musibah kematian yang diterima oleh Kembang. Kematian pertama yang ia
hadapi adalah saat Kembang berumur tujuh tahun yang mana ayahnya meninggal
karena kecelakaan lalu lintas. Kemudian, kematian kedua yang ia terima adalah
kematian ibunya. Pada saat usianya 20 tahun ibunya meninggal karena kanker
Rahim. Sejak sepeninggal ibunya itulah si Kembang hidup hanya berdua dengan Mbok
Gendut yang selalu merawat dan menjaganya.
Setelah setahun kematian ibunya,
Kembang menikah dengan Rio yang merupakan teman semasa SMA dulu. Tapi sayang
pernikahan itu hanya berumur dua tahun saja. Rio meninggal tersambar petir saat
sedang memancing di laut bersama teman-temannya. Sedangkan kematian Tito
merupakan kematian keempat yang harus diterima oleh Kembang.
Sejak sepeninggal Tito, Kembang
kehilangan pegangan hidup. Namun, Mbok Gendutlah yang masih setia menemani dan
menyemangati Kembang untuk menjalani hidup. Sehingga, Kembang bekerja sendiri
dan mengerjakan apa saja untuk membiayai
hidupnya dan Mbok Gendut.
Selang beberapa bulan kematian Tito,
Kembang menemukan tambatan hati. Andri namanya. Andri merupakan teman sekantor
Kembang. Rasa cinta Andri terhadap Kembang memang sudah lama tumbuh. Namun,
Kembang sepertinya tidak terlalu merespon cinta Andri karena Andri tidak berani
mengungkapkannya secara terbuka. Dengan perjuangan keras dan keberanian yang
besar Andri berani mengungkapkan rasa cintanya dan melamar Kembang. Setelah
kejadian itu, Kembang menerima lamaran Andri dan mereka lalu menikah. Namun,
pernikahan tersebut tidaklah seperti yang mereka impikan. Mungkin hanya
beberapa bulan menikah Andri akhirnya meninggal setelah menikmati makan siang
dengan Kembang istrinya. Kematian Andri merupakan momok besar bagi Kembang, Di
samping kehidupannya hancur, dia juga mendapatkan julukan baru dari teman-teman
sekantornya, yakni Kembang si pencabut nyawa, Kembang sumber kematian, dan
kembang si pembawa sial. Orang-orang berpendapat bahwa lelaki yang menikahi
Kembang pasti akan mati. Demi
menghindari fitnahan dan cemoohan orang-orang di tempat ia bekerja, akhirnya
Kembang berhenti bekerja.
Tidak berapa lama setelah berhenti
bekerja ia mendapatkan pekerjaan baru dengan posisi sebagai sekretaris di
perusahaan tenpat ia bekerja. Di sana, ia diperkenalkan lagi dengan sang
direktur yang bernama Pak Wira. Pak Wira adalah seorang direktur yang berumur
60 tahun dan mempunyai keluarga. Istrinya adalah seorang pengusaha juga.
Kembang dan Pak Wira selalu bersama setiap saat. Kebutuhan Pak Wira selalu
dikerjakan oleh Kembang. Dan tak jarang ia selalu dibawa Pak Wira ke mana saja,
bahkan ia selalu dibelikan hadiah oleh atasannya tersebut. Hingga akhirnya Pak
Wira melamar Kembang untuk menikah. Dan ia menerima lamaran atasannya itu
walaupun ia mengetahui bahwa Pak Wira telah berkeluarga. Ia pun bersedia
menjadi istri simpanan Pak Wira dan bahagia menjalaninya.
Hingga pada suatu saat datanglah
istri Pak Wira yang mengetahui perselingkuhan suaminya. Ia melabrak Kembang dan
melontarkan kata-kata kasar pada Kembang. Dan pada saat kejadia itulah Pak Wira
datang untuk menjelaskan keadaan. Namun, sebelum Pak Wira sampai di rumah
Kembang, ia harus tewas di seberang rumah istri simpanannya itu karena ditabrak
oleh truk. Sontak saja kejadian itu membuat istri Pak Wira dan Kembang menjadi
sangat sedih. Kembang sendiri setelah kejadian itu harus dibawa ke rumah sakit
jiwa karena dia mengalami gangguan jiwa. Dalam penglihatannya, ia melihat Rio,
Tito, Andri, dan Pak Wira bercengkerama.
Kelebihan buku:
Cerpen
yang berjudul Kembang Sang Janda karangan Trisi yang dimuat dalam kumpulan
cerpen Celoteh Perempuan ini dari judul buku dan desain sampul depannya sangat menarik. Dengan desain klasik
bergambar lima orang perempuan yang duduk dalam satu meja terlihat seperti
sedang menyuarakan isi hati secara bergantian. Dalam gambar itu sepertinya
mereka membicarakan nasibnya yang merupakan gambaran nasib untuk para kaum
wanita di kehidupan yang nyata ini. Dengan melihat judul buku dan desain sampul
inilah yang membuat orang pasti penasaran ingin membaca kumpulan cerpen ini.
Kelebihan yang lain dari buku ini
adalah penggunaan bahasa yang mudah dimengerti oleh para pembaca. Bahasa yang
digunakan oleh penulis merupakan bahasa sehari-hari yang dengan mudah dicerna
oleh para pembaca. Sehingga, para pembaca dapat menafsirkan cerita ini dengan
sendirinya.
Kekurangan buku:
Adapun
kekurangan buku ini saya sendiri selaku resensator yang menilainya melihat dari
berbagai sudut pandang, yakni:
1. Penerbit
dalam menerbitkan buku kumpulan cerpen ini menggunakan kertas yang tidak sesuai
dengan desain sampul yang begitu menarik. Seharusnya, desain sampul yang
menarik harus dibarengi dengan kualitas kertas yang menarik, sehingga pembaca
buku ini tidak merasa kecewa atas sajian yang ada di dalamnya. Kualitas desain
sampul dan kertas yang bagus akan dapat memuaskan pembaca.
2. Pengarang
dalam membuat cerita mudah sekali ditebak. Alur cerita begitu mudahnya dapat
ditafsirkan oleh pembaca. Ketika membaca pada
lembar kedua, isi cerita hingga akhir sudah dapat ditebak bahwasanya si
tokoh akan selalu kehilangan orang yang dicintainya. Ternyata memang benar,
ketika saya membaca buku ini, pengarang di dalam ceritanya bertubi-tubi
memberikan tokoh sebuah kehidupann yang sangat tragis. Selama enam kali
kematian yang diberikan oleh pengarang kepada tokoh Kembang.
3. Pengarang
dalam cerita itu sepertinya memberikan vonis kepada tokoh sebagai wanita
pencabut nyawa. Sangat jelas sekali dalam cerita itu si tokoh diberikan label
sebagai wanita pembawa sial. Apabila ada lelaki yang menikah dengan tokoh pasti
akan tewas. Hal inilah yang sangat bertentangan dengan agama. Dalam hal ini,
pangarang sepertinya kurang percaya akan takdir sehingga memberikan vonis
demikian kepada tokoh. Padahal rezeki, jodoh, dan maut merupakan sebuah takdir
manusia yang telah digariskan Tuhan. Bukan berarti apabila menikah dengan si
Kembang maka umur orang yang menikahinya tidak akan panjang.
4. Dalam
cerita tersebut pengarang mudah sekali membuat tokoh menerima cinta lelaki
manapun. Pengarang tidak memberikan kesempatan kepada tokoh untuk memilih
sendiri lelaki yang ia cintai dengan sungguh-sungguh. Sepertinya tidak ada
persaingan antar lelaki yang memperebutkan diri si tokoh yang mengakibatkan si
tokoh harus mencintai dan memilih siapa. Dan selalu saja dalam cerita itu
digambarkan bahwa si tokoh selalu saja ada yang melamar dirinya namun lamaran
itu jualah yang membuat bencana dalam bahtera rumah tangganya.
5. Dalam
cerita itu juga pengarang dengan mudahnya membuat seorang janda menjadi istri
simpanan lelaki yang telah mempunyai keluarga. Secara langsung pengarang dalam ceritanya
membuat jatuh martabat kaum wanita, khususnya wanita janda. Akhirnya banyak
orang beranggapan bahwa seorang janda bias dijadikan istri simpanan.
6. Dilihat
dari klimaks konflik sangat jelas sekali mudah ditebak. Cerita itu puncak
konfliknya pasti sang istri Pak Wira akan menemui si tokoh dan akan marah besar
padanya. Sementara, Pak Wira sendiri akan mudah ditentukan nasibnya oleh
pembaca, yakni tewas mengenaskan.
Cerpen yang berjudul Kembang Sang Janda yang
dimuat dalam kumpulan cerpen Celoteh Perempuan ini sangat menarik
untuk dibaca karena di dalamnya masih banyak hal yang diungkapkan mengenai sisi
kewanitaan di dalamnya. Ketegaran seorang tokoh yang menjalani alur kehidupan
yang pahit patut kita lihat dari sudut pandang yang baik.
Simpang
Empat, 24 September 2012
Resensator
Faisal Anwar, S.Pd