Selasa, 25 September 2012

Resensi Cerpen "Kembang Sang Janda"


Wanita Pencabut Nyawa
Kesialan Seorang Wanita Dalam Mengarungi Rumah Tangga Versi Trisi


Judul  cerpen   : Kembang Sang Janda
                          (Diambil dari kumpulan cerpen Celoteh Perempuan)
Halaman          : 25 - 34
Penulis             : Trisi
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : 2012
Tebal               : 188 halaman


            Trisi adalah penulis cerpen yang berjudul Kembang Sang Janda dan juga fotografer  ini berhasil mengungkap sebuah kehidupan rumah tangga seorang wanita yang selalu mendapat musibah. Melalui cerpennya yang dimuat dalam kumpulan cerpen yang berjudul Celoteh Perempuan ini, Trisi mengisahkan bagaimana kehidupan sang tokoh yang bernama Kembang yang selalu kehilangan orang-orang yang dicintainya. Entah kenapa? Itulah pertanyaan-pertanyaan ketika kita membaca cerpennya itu.
            Cerita Janda Sang Kembang ini bermula saat Mbok Gendut, salah seorang tokoh dalam cerita yang selalu mendampingi si Kembang sejak kecil,  mengetuk-ngetuk pintu kamar Kembang. Dia mengabarkan bahwa si Tito, yang merupakan suami Kembang pingsan di kantor dan dibawa ke rumah sakit. Oleh pihak rumah sakit, dinyatakan bahwa Tito terkena serangan Jantung dan akhirnya meninggal dunia.
            Sebenarnya kematian Tito bukanlah sebuah musibah kematian yang diterima oleh Kembang. Kematian pertama yang ia hadapi adalah saat Kembang berumur tujuh tahun yang mana ayahnya meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Kemudian, kematian kedua yang ia terima adalah kematian ibunya. Pada saat usianya 20 tahun ibunya meninggal karena kanker Rahim. Sejak sepeninggal ibunya itulah si Kembang hidup hanya berdua dengan Mbok Gendut yang selalu merawat dan menjaganya.
            Setelah setahun kematian ibunya, Kembang menikah dengan Rio yang merupakan teman semasa SMA dulu. Tapi sayang pernikahan itu hanya berumur dua tahun saja. Rio meninggal tersambar petir saat sedang memancing di laut bersama teman-temannya. Sedangkan kematian Tito merupakan kematian keempat yang harus diterima oleh Kembang.
            Sejak sepeninggal Tito, Kembang kehilangan pegangan hidup. Namun, Mbok Gendutlah yang masih setia menemani dan menyemangati Kembang untuk menjalani hidup. Sehingga, Kembang bekerja sendiri dan mengerjakan  apa saja untuk membiayai hidupnya dan Mbok Gendut.
            Selang beberapa bulan kematian Tito, Kembang menemukan tambatan hati. Andri namanya. Andri merupakan teman sekantor Kembang. Rasa cinta Andri terhadap Kembang memang sudah lama tumbuh. Namun, Kembang sepertinya tidak terlalu merespon cinta Andri karena Andri tidak berani mengungkapkannya secara terbuka. Dengan perjuangan keras dan keberanian yang besar Andri berani mengungkapkan rasa cintanya dan melamar Kembang. Setelah kejadian itu, Kembang menerima lamaran Andri dan mereka lalu menikah. Namun, pernikahan tersebut tidaklah seperti yang mereka impikan. Mungkin hanya beberapa bulan menikah Andri akhirnya meninggal setelah menikmati makan siang dengan Kembang istrinya. Kematian Andri merupakan momok besar bagi Kembang, Di samping kehidupannya hancur, dia juga mendapatkan julukan baru dari teman-teman sekantornya, yakni Kembang si pencabut nyawa, Kembang sumber kematian, dan kembang si pembawa sial. Orang-orang berpendapat bahwa lelaki yang menikahi Kembang pasti akan mati.  Demi menghindari fitnahan dan cemoohan orang-orang di tempat ia bekerja, akhirnya Kembang berhenti bekerja.
            Tidak berapa lama setelah berhenti bekerja ia mendapatkan pekerjaan baru dengan posisi sebagai sekretaris di perusahaan tenpat ia bekerja. Di sana, ia diperkenalkan lagi dengan sang direktur yang bernama Pak Wira. Pak Wira adalah seorang direktur yang berumur 60 tahun dan mempunyai keluarga. Istrinya adalah seorang pengusaha juga. Kembang dan Pak Wira selalu bersama setiap saat. Kebutuhan Pak Wira selalu dikerjakan oleh Kembang. Dan tak jarang ia selalu dibawa Pak Wira ke mana saja, bahkan ia selalu dibelikan hadiah oleh atasannya tersebut. Hingga akhirnya Pak Wira melamar Kembang untuk menikah. Dan ia menerima lamaran atasannya itu walaupun ia mengetahui bahwa Pak Wira telah berkeluarga. Ia pun bersedia menjadi istri simpanan Pak Wira dan bahagia menjalaninya.
            Hingga pada suatu saat datanglah istri Pak Wira yang mengetahui perselingkuhan suaminya. Ia melabrak Kembang dan melontarkan kata-kata kasar pada Kembang. Dan pada saat kejadia itulah Pak Wira datang untuk menjelaskan keadaan. Namun, sebelum Pak Wira sampai di rumah Kembang, ia harus tewas di seberang rumah istri simpanannya itu karena ditabrak oleh truk. Sontak saja kejadian itu membuat istri Pak Wira dan Kembang menjadi sangat sedih. Kembang sendiri setelah kejadian itu harus dibawa ke rumah sakit jiwa karena dia mengalami gangguan jiwa. Dalam penglihatannya, ia melihat Rio, Tito, Andri, dan Pak Wira bercengkerama.

Kelebihan buku:
            Cerpen yang berjudul Kembang Sang Janda karangan Trisi yang dimuat dalam kumpulan cerpen Celoteh Perempuan ini dari judul buku dan desain sampul depannya  sangat menarik. Dengan desain klasik bergambar lima orang perempuan yang duduk dalam satu meja terlihat seperti sedang menyuarakan isi hati secara bergantian. Dalam gambar itu sepertinya mereka membicarakan nasibnya yang merupakan gambaran nasib untuk para kaum wanita di kehidupan yang nyata ini. Dengan melihat judul buku dan desain sampul inilah yang membuat orang pasti penasaran ingin membaca kumpulan cerpen ini.
            Kelebihan yang lain dari buku ini adalah penggunaan bahasa yang mudah dimengerti oleh para pembaca. Bahasa yang digunakan oleh penulis merupakan bahasa sehari-hari yang dengan mudah dicerna oleh para pembaca. Sehingga, para pembaca dapat menafsirkan cerita ini dengan sendirinya.

Kekurangan buku:
            Adapun kekurangan buku ini saya sendiri selaku resensator yang menilainya melihat dari berbagai sudut pandang, yakni:
1.      Penerbit dalam menerbitkan buku kumpulan cerpen ini menggunakan kertas yang tidak sesuai dengan desain sampul yang begitu menarik. Seharusnya, desain sampul yang menarik harus dibarengi dengan kualitas kertas yang menarik, sehingga pembaca buku ini tidak merasa kecewa atas sajian yang ada di dalamnya. Kualitas desain sampul dan kertas yang bagus akan dapat memuaskan pembaca.
2.      Pengarang dalam membuat cerita mudah sekali ditebak. Alur cerita begitu mudahnya dapat ditafsirkan oleh pembaca. Ketika membaca pada  lembar kedua, isi cerita hingga akhir sudah dapat ditebak bahwasanya si tokoh akan selalu kehilangan orang yang dicintainya. Ternyata memang benar, ketika saya membaca buku ini, pengarang di dalam ceritanya bertubi-tubi memberikan tokoh sebuah kehidupann yang sangat tragis. Selama enam kali kematian yang diberikan oleh pengarang kepada tokoh Kembang.
3.      Pengarang dalam cerita itu sepertinya memberikan vonis kepada tokoh sebagai wanita pencabut nyawa. Sangat jelas sekali dalam cerita itu si tokoh diberikan label sebagai wanita pembawa sial. Apabila ada lelaki yang menikah dengan tokoh pasti akan tewas. Hal inilah yang sangat bertentangan dengan agama. Dalam hal ini, pangarang sepertinya kurang percaya akan takdir sehingga memberikan vonis demikian kepada tokoh. Padahal rezeki, jodoh, dan maut merupakan sebuah takdir manusia yang telah digariskan Tuhan. Bukan berarti apabila menikah dengan si Kembang maka umur orang yang menikahinya tidak akan panjang.
4.      Dalam cerita tersebut pengarang mudah sekali membuat tokoh menerima cinta lelaki manapun. Pengarang tidak memberikan kesempatan kepada tokoh untuk memilih sendiri lelaki yang ia cintai dengan sungguh-sungguh. Sepertinya tidak ada persaingan antar lelaki yang memperebutkan diri si tokoh yang mengakibatkan si tokoh harus mencintai dan memilih siapa. Dan selalu saja dalam cerita itu digambarkan bahwa si tokoh selalu saja ada yang melamar dirinya namun lamaran itu jualah yang membuat bencana dalam bahtera rumah tangganya.
5.      Dalam cerita itu juga pengarang dengan mudahnya membuat seorang janda menjadi istri simpanan lelaki yang telah mempunyai keluarga. Secara langsung pengarang dalam ceritanya membuat jatuh martabat kaum wanita, khususnya wanita janda. Akhirnya banyak orang beranggapan bahwa seorang janda bias dijadikan istri simpanan.
6.      Dilihat dari klimaks konflik sangat jelas sekali mudah ditebak. Cerita itu puncak konfliknya pasti sang istri Pak Wira akan menemui si tokoh dan akan marah besar padanya. Sementara, Pak Wira sendiri akan mudah ditentukan nasibnya oleh pembaca, yakni tewas mengenaskan.

     Cerpen yang berjudul Kembang Sang Janda yang dimuat dalam kumpulan cerpen Celoteh Perempuan ini sangat menarik untuk dibaca karena di dalamnya masih banyak hal yang diungkapkan mengenai sisi kewanitaan di dalamnya. Ketegaran seorang tokoh yang menjalani alur kehidupan yang pahit patut kita lihat dari sudut pandang yang baik.


Simpang Empat, 24 September 2012
Resensator



Faisal Anwar, S.Pd




Tidak ada komentar:

Posting Komentar